Saya sering merasa takut, terutama takut mati. Salahkah saya? Bagaimana cara menghilangkannya
Perasaan takut adalah fitrah. Kita harus punya rasa takut sebagai bagian dari mekanisme pertahanan hidup. Seorang mahasiswa takut tidak lulus ujian, membuat dia belajar sungguh-sungguh. Seorang sopir takut mengalami kecelakaan, membuat dia hati-hati membawa kendaraan, dll. Jadi, rasa takut diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Takut dalam batas-batas normal sangatlah bermanfaat bagi kehidupan. Namun apabila rasa takut itu sudah melebihi ambang normal berarti menjadi abnormal. Nah, perasaan takut yang berlebihan inilah yang harus kita benahi. Rasa takut jangan dibuang tapi harus dimanage, harus dikelola dengan baik sehingga menjadi energi kehidupan.
Kita wajib mampu mengelola rasa takut sebab dia merupakan bagian dari ujian hidup. Kita akan diuji Allah dengan rasa takut, khawatir, kekurangan harta, bahkan kelaparan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah 2: 155).
Kita wajib berlindung diri pada Allah apabila merasakan ketakutan yang berlebihan. Kita harus yakin bahwa Allah swt. Maha Melindungi, Maha Penyayang, dan Maha Berkuasa. Hal ini membuat kita menjadi lebih tenang menghadapi rasa takut yang berlebihan.
”Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Rad 13: 28).
Ada perasaan takut yang justru harus kita pupuk, kita latih, dan kita rawat. Yaitu rasa taku pada Allah swt. Allah memberi penghargaan yang tinggi pada orang-orang yang memiliki rasa takut kepada-Nya. Allah memberi gelar pada orang-orang yang punya rasa takut dengan Ulul Albab artinya orang yang berakal atau memiliki kearifan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab (orang yang berakal atau kearifan). Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ’Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran 3: 190-191).
Ekspresi takut kepada Allah akan melahirkan sikap takwa, yaitu takut dari siksa atau azab Allah sehingga menjadi pendorong untuk selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S. As-Sajdah 32: 16).
Bagaimana dengan perasaan takut mati?
Dalam batas-batas tertentu, takut mati adalah fitrah alias wajar. Bahkan baik, apabila takut mati mampu menjadi pendorong atau motivator untuk berbuat berbagai kebajikan dan menjadi energi untuk menjauhkan diri dari kemaksiatan. Takut mati seperti ini sangat baik, harus kita tumbuhkan dan dirawat. Nabi saw. pernah bersabda, ”Perbanyaklah mengingat ’pemutus kenikmatan’ yaitu kematian!”
Keterangan ini mengisyaratkan bahwa dalam batas-batas tertentu, takut mati sangatlah baik.Namun takut mati menjadi sangat buruk apabila membawa kita pada sikap apatis, tidak ada semangat hidup, bahkan putus asa. Takut mati semacam ini harus disembuhkan dengan cara memupuk kesadaran bahwa setiap orang akan mati, baik cepat ataupun lambat.
Kita tidak perlu takut mati, sebab mati pasti akan kita alami. Yang harus kita takuti, apa yang akan kita bawa setelah mati. Jadikanlah takut mati sebagai motivator atau pendorong untuk berlomba dalam kebaikan.
Wallahu A’lam
Takut dalam batas-batas normal sangatlah bermanfaat bagi kehidupan. Namun apabila rasa takut itu sudah melebihi ambang normal berarti menjadi abnormal. Nah, perasaan takut yang berlebihan inilah yang harus kita benahi. Rasa takut jangan dibuang tapi harus dimanage, harus dikelola dengan baik sehingga menjadi energi kehidupan.
Kita wajib mampu mengelola rasa takut sebab dia merupakan bagian dari ujian hidup. Kita akan diuji Allah dengan rasa takut, khawatir, kekurangan harta, bahkan kelaparan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah 2: 155).
Kita wajib berlindung diri pada Allah apabila merasakan ketakutan yang berlebihan. Kita harus yakin bahwa Allah swt. Maha Melindungi, Maha Penyayang, dan Maha Berkuasa. Hal ini membuat kita menjadi lebih tenang menghadapi rasa takut yang berlebihan.
”Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Rad 13: 28).
Ada perasaan takut yang justru harus kita pupuk, kita latih, dan kita rawat. Yaitu rasa taku pada Allah swt. Allah memberi penghargaan yang tinggi pada orang-orang yang memiliki rasa takut kepada-Nya. Allah memberi gelar pada orang-orang yang punya rasa takut dengan Ulul Albab artinya orang yang berakal atau memiliki kearifan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab (orang yang berakal atau kearifan). Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ’Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imran 3: 190-191).
Ekspresi takut kepada Allah akan melahirkan sikap takwa, yaitu takut dari siksa atau azab Allah sehingga menjadi pendorong untuk selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S. As-Sajdah 32: 16).
Bagaimana dengan perasaan takut mati?
Dalam batas-batas tertentu, takut mati adalah fitrah alias wajar. Bahkan baik, apabila takut mati mampu menjadi pendorong atau motivator untuk berbuat berbagai kebajikan dan menjadi energi untuk menjauhkan diri dari kemaksiatan. Takut mati seperti ini sangat baik, harus kita tumbuhkan dan dirawat. Nabi saw. pernah bersabda, ”Perbanyaklah mengingat ’pemutus kenikmatan’ yaitu kematian!”
Keterangan ini mengisyaratkan bahwa dalam batas-batas tertentu, takut mati sangatlah baik.Namun takut mati menjadi sangat buruk apabila membawa kita pada sikap apatis, tidak ada semangat hidup, bahkan putus asa. Takut mati semacam ini harus disembuhkan dengan cara memupuk kesadaran bahwa setiap orang akan mati, baik cepat ataupun lambat.
Kita tidak perlu takut mati, sebab mati pasti akan kita alami. Yang harus kita takuti, apa yang akan kita bawa setelah mati. Jadikanlah takut mati sebagai motivator atau pendorong untuk berlomba dalam kebaikan.
Wallahu A’lam
No comments:
Post a Comment